Pentingnya Literasi AI Sebelum Implementasi Masif: Sebuah Catatan untuk Pemerintah dan Pemimpin Muda

literasi AI

Pentingnya Literasi AI Sebelum Implementasi Masif: Sebuah Catatan untuk Pemerintah dan Pemimpin Muda

Di tengah gencarnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI), masyarakat Indonesia dihadapkan pada kenyataan baru: gelombang adopsi AI yang melaju cepat tanpa diimbangi dengan literasi AI yang memadai. Sebagai lembaga kursus digital marketing, Argia Academy menilai bahwa edukasi mengenai literasi AI semestinya menjadi prioritas utama sebelum pemerintah mendorong penggunaan teknologi ini secara masif di ranah publik.

Tantangan Literasi AI di Tengah Masyarakat

Berdasarkan hasil riset Kunto Adi Wibowo dan Detta Rahmawan terhadap 1.200 responden di Jawa Barat, 32,2% masyarakat masih menganggap AI sebagai bentuk baru dari telepon genggam. Minimnya literasi AI ini menjadi alarm serius. Tanpa pemahaman yang kuat, masyarakat bisa terjebak persepsi keliru bahwa produk berbasis AI—seperti gambar atau video—dihasilkan oleh manusia sungguhan, padahal sejatinya hasil rekayasa mesin.

Kondisi ini diperburuk oleh maraknya penggunaan AI dalam komunikasi publik, seperti pada video ucapan Idul Fitri 1446 H oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Video yang viral ini menuai kritik tajam karena diduga menyerupai adegan film Dune serta dianggap tidak merepresentasikan budaya Indonesia, sekaligus mengesampingkan peran seniman lokal.

AI dan Ancaman terhadap Ekonomi Kreatif

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: siapa yang sebenarnya diuntungkan oleh teknologi AI? Apakah masyarakat luas, pelaku kreatif lokal, atau korporasi besar?

Penggunaan AI dalam produksi konten visual, ilustrasi, dan musik secara tidak langsung telah menggerus peran seniman manusia. Seperti yang dibahas oleh WIPO (World Intellectual Property Organization), isu hak cipta dan AI generatif adalah perdebatan global yang kompleks. Tanpa perlindungan yang jelas, AI berpotensi mematikan ruang ekspresi pekerja seni. Seniman lokal bisa kehilangan mata pencaharian, bukan karena kurang kompeten, tetapi karena tersingkir oleh hasil mesin yang lebih cepat dan murah.

Padahal, anak muda Indonesia seharusnya didorong untuk tumbuh melalui industri kreatif, bukan tergantikan oleh teknologi tanpa batas.

Risiko Disinformasi dan Kehilangan Nilai Budaya

AI memiliki potensi luar biasa, namun ia adalah pisau bermata dua. Ketika digunakan tanpa literasi AI yang memadai, publik dapat dengan mudah terkecoh. Masyarakat akan menganggap apa yang dilihat adalah nyata, padahal itu hasil rekayasa algoritma.

Dalam konteks ini, disinformasi menjadi bahaya laten. Tanpa adanya transparansi penggunaan AI (seperti watermark atau label yang jelas), publik bisa kehilangan kepercayaan terhadap institusi negara dan media. Lebih jauh, ketika konten berbasis AI tidak lagi mencerminkan nilai budaya lokal, kita berisiko kehilangan identitas kolektif sebagai bangsa.

Solusi: Mendorong Kebijakan Berbasis Literasi AI dan Etika

Sebagai institusi yang fokus pada kompetensi digital, Argia Academy memandang solusinya bukanlah menolak AI, melainkan mengedukasi masyarakat agar dapat menggunakannya secara etis dan bijak. Ada tiga langkah strategis yang kami sarankan:

1. Integrasikan Literasi AI ke dalam Pendidikan

Pemerintah perlu mengembangkan kurikulum yang mengenalkan AI sejak dini. Literasi digital harus mencakup pemahaman cara kerja AI, dampaknya, etika, hingga isu hak cipta.

2. Adakan Kampanye Literasi Digital Nasional

Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan untuk mengedukasi masyarakat. Program pelatihan, webinar, hingga kursus bersertifikasi dapat menjadi alat yang efektif.

3. Libatkan Komunitas Kreatif dalam Perumusan Kebijakan

Para seniman, ilustrator, dan desainer harus diberikan ruang untuk menyuarakan kepentingan mereka dalam regulasi teknologi. Kebijakan AI harus berpihak pada pelaku kreatif lokal.

Bagi Argia Academy, literasi AI bukan hanya wacana, melainkan komitmen. Kami telah mengintegrasikan pemahaman AI secara etis dan praktis ke dalam kurikulum digital marketing kami. Kami percaya bahwa profesional dan pelaku UMKM tidak hanya harus bisa menggunakan AI, tetapi juga memahaminya.

Jika Anda adalah seorang profesional, pemimpin muda, atau bahkan bagian dari instansi yang ingin memahami bagaimana AI dapat digunakan secara bertanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, kami mengundang Anda untuk bergabung.

Jangan hanya menjadi pengguna, jadilah pengguna yang cerdas dan etis.

[Mulai Perjalanan Anda Menguasai AI Secara Bertanggung Jawab di Argia Academy]

Di program kami, Anda akan belajar cara memanfaatkan AI untuk market research, pembuatan konten, dan otomatisasi, sekaligus memahami batasan etis dan dampaknya terhadap industri kreatif.

Kesimpulan: Antara Kemajuan dan Kepekaan Sosial

Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari. Namun, setiap inovasi harus berjalan beriringan dengan etika, pendidikan, dan empati.

Kami mengajak para pemangku kebijakan, termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, untuk tidak hanya mendorong pemanfaatan AI, tetapi juga memastikan bahwa literasi AI, pelindungan hak cipta, dan keberlangsungan industri kreatif lokal tetap menjadi prioritas. Jangan sampai kita membanggakan kecanggihan teknologi, tetapi mengorbankkan jati diri bangsa dan masa depan generasi kreatif Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

WeCreativez WhatsApp Support
Selamat datang di pelayanan Customer Care Argia Academy
Apa yang bisa kami bantu?
Scroll to Top